Sabtu, 24 April 2010

Tugas UTS 1 Mata Kuliah Pragmatik

ANALISIS MAKSIM KERJASAMA

pada Dialog Film "Emak Ingin Naik Haji"

karya Aditya Gumay

Sebuah Makalah Pragmatik Wacana Lisan

Tugas 2


 

Mata Kuliah:

Pragmatik



 


 


 


 


 


 


 


 

Dosen:

Drs. Sam Mukhtar Chaniago, M.Si.


 

Disusun oleh:

Nurmala Sari        2115081299

Gita Rosi Wulandari    2115081326

Kelas: 2A


 


 

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Jakarta

2010


 

KATA PENGANTAR

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

    Penyusunan makalah ini ditujukan guna memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) untuk mata kuliah Pragmatik. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pembimbing kami, dosen Pragmatik, Bapak Sam Mukhtar Chaniago, M.Si. dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan makalah ini.

Demi kesempurnaan makalah ini penulis menerima kritik dan saran dari seluruh pihak dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Wassalamu'alaikum Wr.Wb.


 

                            Jakarta, Maret 2010

                                            Penulis


 

DAFTAR ISI

Halaman judul        …………………………………………………………        i

Kata pengantar    …………………………………………………………        ii

Daftar Isi    …………………………………………………………………        iii

BAB    1    PENDAHULUAN    ............………………………………….......        1

  1. Latar Belakang    ....................................................................        1
  2. Tujuan    ................................................................................        2
  3. Rumusan Masalah        .........................................................        2

BAB    2    LANDASAN TEORI    .........................................................        3

    2.1.    Hakikat Pragmatik        .........................................................        3

    2.2.    Aspek-aspek Pragmatik    .........................................................        4

    2.3.    Maksim Kerjasama    ...........................................................        5

BAB    3    METODOLOGI PENELITIAN    ................................................    8

    3.1.    Identitas Film dan Sinopsis        ................................................    8

    3.2.    Teknik Pengumpulan Data    ................................................    9

    3.3.    Teknik Analisa Data    ...........................................................        9

BAB    4    HASIL DAN PEMBAHASAN    ................................................    10

    4.1.    Tabel Klasifikasi        ............................................................    10

    4.2.    Persentase        ........................................................................    19

    4.3.    Interpretasi        .........................................................................    20

BAB    5    PENUTUP        ......................................................................        21

    5.1.    Kesimpulan        ......................................................................        21

    5.2.    Saran    .................................................................................        21

Daftar Pustaka    ................................................................................        22


 

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang

Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Di dalam berbicara, penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu (Allan dalam Putu,1996).

Saat ini ilmu pragmatik sudah tidak asing lagi di telinga. Ilmu ini muncul untuk menangani ilmu-ilmu kebahasaan lainnya yang mulai "angkat tangan" terhadap tuturan yang secara struktur melanggar kaidah atau tidak sesuai dengan prinsip.

Pernyataan Allan yang berbunyi "Setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu…", menggambarkan bahwa penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan sering terjadi. Penyimpangan dalam tuturan memang sering terjadi, baik itu secara struktur kalimat atau pun terhadap prinsip. Penyimpangan terhadap struktur kalimat sudah tentu dapat diatasi oleh ilmu sintaksis dan "kawan-kawan", namun beda lagi dengan pelanggaran terhadap prinsip. Pelanggaran terhadap prinsip ini hubungannya dengan makna secara eksternal dan situasi tuturan, sehingga ilmu yang cocok untuk menangani masalah ini adalah ilmu pragmatik.

Untuk lebih memahami prinsip yang berkenaan dengan kaidah berbahasa itulah penulis melakukan analisa maksim kerjasama pada dialog film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay yang merupakan adaptasi dan pengembangan dari cerpen berjudul sama karya Asma Nadia.

  1. Tujuan

Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni tujuan umum dan khusus, adapun tujuan umumnya adalah untuk mengklasifikasikan maksim kerjasama pada film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay. Sedangkan tujuan khususnya antara lain ;

  • Mengklasifikasikan maksim kuantitas dalam dialog film "Emak Ingin Naik Haji" Karya Aditya Gumay.
  • Mengklasifikasikan maksim kualitas dalam dialog film "Emak Ingin Naik Haji" Karya Aditya Gumay.
  • Mengklasifikasikan maksim relevansi dalam dialog film "Emak Ingin Naik Haji" Karya Aditya Gumay.
  • Mengklasifikasikan maksim cara dalam dialog film "Emak Ingin Naik Haji" Karya Aditya Gumay.
  1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

  • Bagaimanakah penerapan dan penyimpangan maksim kuantitas dalam film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay ?
  • Bagaimanakah penerapan dan penyimpangan maksim kualitas dalam film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay ?
  • Bagaimanakah penerapan dan penyimpangan maksim relevansi dalam film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay ?
  • Bagaimanakah penerapan dan penyimpangan maksim cara dalam film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay ?

  •  

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.    Hakikat Pragmatik

Pragmatik mulai berkembang dalam bidang kajian linguistik pada tahun 1970-an. Kehadirannya dilatarbelakangi oleh adanya ketidakpuasan terhadap kaum strukturalis yang hanya mengkaji bahasa dari segi bentuk, tanpa mempertimbangkan bahwa satuan-satuan kebahasaan itu sebenarnya hadir dalam konteks yang bersifat lingual maupun extralingual. Diabaikannya konteks tuturan menyebabkan kaum strukturalis gagal menjelaskan berbagai masalah kebahasaan, di antaranya adalah masalah kalimat anomali.

Perkembangan lebih lanjut tentang pragmatik memunculkan berbagai batasan. Leech dalam terjemahan Oka (1993:32) mengemukakan bahwa, "Pragmatik merupakan studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar atau speech situations." Lubis (1991:4) menambahkan bahwa bahasa merupakan gejala sosial dan pemakaiannya jelas banyak ditentukan oleh faktor-faktor nonlinguistik. Faktor linguistik saja seperti kata-kata, kalimat-kalimat saja tidak cukup untuk melancarkan komunikasi.

Menurut Levinson (dalam Tarigan, 1987:33), pragmatik merupakan telaah mengenai relasi antara bahasa dengan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa. Dengan kata lain, pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta menyerasikan kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat. Pendapat lain dikemukakan oleh Wijana (1996:14) yang mengatakan bahwa pragmatik menganalisis tuturan, baik tuturan panjang, satu kata atau injeksi. Ia juga mengatakan bahwa pragmatik sebagai cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana suatu kebahasaan itu digunakan dalam komunikasi.

Rustono (1999:5) mengatakan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan timbal balik antara fungsi dan bentuk tuturan. Gunarwan dalam Rustono (1999:4) menambahkan bahwa pragmatik adalah bidang linguistik yang mengkaji hubungan (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur) kalimat yang mengungkapkan ujaran.

Beberapa pendapat di atas walaupun dengan pernyataan yang berbeda tetapi pada dasarnya menunjukkan kesamaan pandangan, sebab kajian pragmatik mengacu pada penggunaan bahasa dalam kaitannya dengan konteks. Jadi dapat disimpulkan, pragmatik adalah ilmu yang menelaah bagaimana keberadaan konteks mempengaruhi dalam menafsirkan kalimat. Di sinilah letak perbedaan pragmatik dengan semantik, sebab telaah semantik bersifat bebas konteks. Dengan kata lain, persoalan yang dikaji oleh semantik adalah makna kata-kata yang dituturkan, dan bukan maksud tuturan penutur. Analisis terhadap humor Nasruddin sangat tepat bila menggunakan pendekatan pragmatik. Untuk memahami bahwa humor-humor Nasruddin tidak semata-mata untuk melucu tetapi juga mengandung maksud dan tujuan, diperlukan pemahaman terhadap konteks yang melatarbelakangi humor tersebut. Pemahaman terhadap konteks merupakan salah satu ciri pendekatan pragmatik.

2.2.    Aspek-aspek Pragmatik

Beberapa aspek situasi tutur seperti di bawah ini:

  • Penutur dan lawan tutur

    Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan yang bersangkutan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan. Aspek-aspek tersebut adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakraban, dan sebagainya.

  • Konteks tuturan

    Konteks di sini meliputi semua latar belakang pengetahuan yang diperkirakan dimiliki dan disetujui bersama oleh penutur dan lawan tutur, serta yang menunjang interpretasi lawan tutur terhadap apa yang dimaksud penutur dengan suatu ucapan tertentu.


     

  • Tujuan tuturan

    Setiap situasi tuturan atau ucapan tentu mengandung maksud dan tujuan tertentu pula. Kedua belah pihak yaitu penutur dan lawan tutur terlibat dalam suatu kegiatan yang berorientasi pada tujuan tertentu.

  • Tuturan sebagai bentuk tindakan dan kegiatan tindak tutur

    Dalam pragmatik ucapan dianggap sebagai suatu bentuk kegiatan yaitu kegiatan tindak ujar. Pragmatik menggarap tindak-tindak verbal atau performansi-performansi yang berlangsung di dalam situasi-situasi khusus dalam waktu tertentu.

  • Tuturan sebagai produk tindak verbal

    Dalam pragmatik tuturan mengacu kepada produk suatu tindak verbal, dan bukan hanya pada tindak verbalnya itu sendiri. Jadi yang dikaji oleh pragmatik bukan hanya tindak ilokusi, tetapi juga makna atau kekuatan ilokusinya.(Leech, 1993:19)

Pertimbangan aspek-aspek situasi tutur seperti di atas dapat menjelaskan keberkaitan antara konteks tuturan dengan maksud yang ingin dikomunikasikan.

2.3.    Maksim Kerjasama

Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), serta selalu pada persoalan (straight forward), sehingga tidak menghabiskan waktu lawan bicaranya.

Bila dalam suatu percakapan terjadi penyimpangan, ada implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerjasama atau tidak bersifat kooperatif. Jadi, secara ringkas dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan lancar.

Grice berpendapat bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip-prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan (conversational maxim), yakni maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner).

a. Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya atau pembicara memberikan informasi yang cukup, relatif dan seinformatif mungkin.

Contoh yang sesuai:

    A : Apakah Anda sudah mengerjakan tugas?

    B : Ya, sudah.

Contoh yang tidak sesuai:

    A : Apakah Anda sudah mengerjakan tugas?

B : Belum. Kemarin saya berlibur di rumah nenek di Yogya. Sampai rumah sudah larut sehingga saya tidak sempat mengerjakan tugas.

b. Maksim Kualitas

Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Apabila patuh pada prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang diyakini bahwa itu kurang benar atau tidak benar.

Contoh yang sesuai:

    A : Kamu tahu, Eko kuliah dimana?

    B : di ITB.

Contoh yang tidak sesuai:

    A : Kamu tahu, Eko kuliah dimana?

    B : Dia tidak kuliah di UNJ seperti kita, tapi di ITB.

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta tutur dapat memberikan kontribusi yang relevan (sesuai) tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan.

Contoh yang sesuai:

    A : Dimana kotak permenku?

    B : Di kamar belajarmu.

Contoh yang tidak sesuai:

    A : Dimana kotak permenku?

    B : Saya harus segera pergi kuliah.

d. Maksim Cara

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut.

Contoh yang sesuai:

    A : Siapa teman Anda yang orang Korea itu?

    B : KIM EOK SOO

Contoh yang tidak sesuai:

A : Siapa teman Anda yang orang Korea itu?

    B : K-I-M E-O-K S-O-O


 

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.    Identitas Film dan Sinopsis

    Judul Film    :    Emak Ingin Naik Haji

Jenis Film    :    Drama

Produser     :    Putut Widjanarko, Adenin Adlan

Sutradara     :    Aditya Gumay

Penulis     :    Adenin Adlan

Aditya Gumay

Produksi    :    Mizan Productions & Smaradhana Pro

Pemain     :    Atik Kanser

Reza Rahadian
Didi Petet
Niniek L. Karim
Ayu Pratiwi
Henidar Amroe
Ustad Jeffry Al Bukhori

Sinopsis

Emak, seorang wanita berusia lanjut yang sabar, tulus, dan penuh kebaikan hati, seperti umat Islam lainnya, sangat ingin menunaikan ibadah haji. Sayangnya, Emak tidak memiliki biaya untuk mewujudkan keinginannya. Kehidupan Emak sehari-hari hanya bergantung pada hasil jualan kue. Ada juga sedikit tambahan uang dari Zein, anaknya yang duda, penjual lukisan keliling. Walaupun Emak tahu bahwa pergi haji adalah salah satu hal yang mungkin sulit diraih, Emak tidak putus asa, dia tetap mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk disetorkan ke tabungan haji di bank. Zein, yang melihat kegigihan Emak, berusaha dengan berbagai cara untuk dapat mewujudkan keinginan Emak. Tapi, keterbatasannya sebagai penjual lukisan keliling, serta masalah-masalah yang diwarisinya dari perkawinannya yang gagal, menyebabkan Zein hampir-hampir putus asa dan nekat. Sementara, tetangga Emak yang kaya raya sudah beberapa kali menunaikan haji, apalagi pergi umroh. Di tempat lain ada orang berniat menunaikan haji hanya untuk kepentingan politik.

Apakah ada jalan bagi Emak agar keinginannya terwujud? Apakah yang dilakukan Zein? Film ini berkisah tentang ketulusan hati dan kerinduan kepada Tuhan, serta kecintaan luar biasa seorang anak kepada ibunya.

3.2.    Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan tabel, yang terdiri atas percakapan, maksim kerjasama kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara. Percakapan yang dijadikan data analisis tidak semua diambil dari film "Emak Ingin Naik Haji" seluruhnya, tetapi hanya sedikit sampel dialog yang diambil dengan cara random.

Dibawah ini merupakan tabel klasifikasi yang akan dijadikan panduan.

N

O

Percakapan

Maksim Kerjasama

Keterangan

Kuan titas 

Kua litas 

Rele vansi 

Cara 

         
         


 

3.3.    Teknik Analisa Data

Data keseluruhan dianalisa secara konten analisa, yakni analisa yang lebih difokuskan pada isi dari suatu wacana. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mencatat dialog dan mengklasifikasikan bentuk pragmatik kerjasama serta penggunaannya pada film tersebut. Berkaitan dengan itu, hasil paparan disajikan dalam bentuk tabel klasifikasi dan frekuensi kemunculannya dinyatakan dalam persentase.


 

Untuk Bab 4 Hasil dan Pembahasan dapat di download di link berikut:

http://www.ziddu.com/download/9590053/Bab4HasildanPembahasan.docx.html


 

4.2.    Persentase

    Berdasarkan tabel klasifikasi bentuk pragmatik kerjasama pada dialog film "Emak Ingin Naik Haji" di atas, maka kita dapat mengetahui bahwa bentuk pragmatik kerjasama, baik mematuhi maupun melanggar sering digunakan oleh penutur dalam menuturkan dialog-dialog dalam adegan film tersebut.    

Berikut adalah hasil perhitungan per tabel :

  • Tabel 1
    • Kuantitas    :    50%
    • Kualitas    :    -
    • Relevansi    :    33,33%
    • Cara        :    16,67%
  • Tabel 2
    • Kuantitas    :    66,67%
    • Kualitas    :    -
    • Relevansi    :    -
    • Cara        :    33,33%
  • Tabel 3
    • Kuantitas    :    87,5%
    • Kualitas    :    -
    • Relevansi    :    -
    • Cara        :    12,5%
  • Tabel 4
    • Kuantitas    :    66,67%
    • Kualitas    :    -
    • Relevansi    :    -
    • Cara        :    33,33%
  • Tabel 5
    • Kuantitas    :    60%
    • Kualitas    :    20%
    • Relevansi    :    -
    • Cara        :    20%
  • Tabel 6
    • Kuantitas    :    100%
    • Kualitas    :    -
    • Relevansi    :    -
    • Cara        :    -

    Berikut hasil perhitungan keseluruhan :

  • Kuantitas        :    22/31    x 100 = 70,97%
  • Kualitas        :    1/31    x 100 = 3,23%
  • Relevansi    :    2/31    x 100 = 6,45%
  • Cara        :    6/31    x 100 = 19,35%

MEMATUHI 

MELANGGAR 

Kuantitas : 13/31 x 100 = 41,94% 

Kuantitas : 9/31 x 100 = 29,03% 

Kualitas : - 

Kualitas : 1/31 x 100 = 3,23% 

Relevansi : 2/31 x 100 = 6,45% 

Relevansi : - 

Cara : 3/31 x 100 = 9,675%

Cara : 3/31 x 100 = 9,675% 


 

4.3.    Interpretasi

    Berdasarkan Persentase di atas, terlihat bahwa bentuk pragmatik kerjasama Kuantitas-lah yang paling banyak muncul dengan dominasi persentase kemunculannya hingga 70,97%. Persentase kemunculan maksim kuantitas ini dapat diperinci menjadi banyaknya yang mematuhi yakni persentasenya mencapai 41,94% dan yang melanggar hanya mencapai 29,03%.


 

BAB 5

PENUTUP

5.1.    Kesimpulan

    Kesimpulan yang diperoleh setelah penelitian kecil ini dilakukan adalah sebagai berikut :

  • Bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerjasama terbagi menjadi empat maksim, yaitu kuantitas, kualitas, relevansi, dan cara.
  • Setelah diteliti ternyata dalam wacana lisan film "Emak Ingin Naik Haji" karya Aditya Gumay banyak terdapat maksim kerjasama.
  • Berdasarkan analisis dan tabel klasifikasi yang telah dilakukan di atas terhadap dialog dalam film tersebut, ternyata maksim "KUANTITAS-lah" yang paling banyak muncul dengan persentase 70,97% dengan rincian yang mematuhi 41,94% dan yang melanggar 29,03%.

    5.2.    Saran

    Setelah kita mengetahui bentuk pragmatik yang dianalisis dalam makalah ini dan memahaminya, sebaiknya kini kita menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari melalui komunikasi dengan orang lain, baik lisan maupun dalam bentuk tulisan. Karena maksim kerjasama ini akan memperlancar komunikasi kita.


 

DAFTAR PUSTAKA


 

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa

Rahardi, R. Kunjana. 2005. PRAGMATIK: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Chaniago, Sam Mukhtar. 1997. Materi Pokok Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka

Trisaparudin. 2010. Makalah Pragmatik. www.scribd.com, diakses pada 21 Maret 2010.

http://www.21cineplex.com/emak-ingin-naik-haji,movie,2175.htm, diakses pada 28 Maret 2010

http://emakinginnaikhaji.multiply.com/, diakses pada 28 Maret 2010.


 


 


 


 

Tidak ada komentar: